Salam Sahabat

Assalamualaikum
Yo opo kabar e "Prend"


Jumat, 22 Agustus 2008

Kesombongan Uni Eropa

Ditulis Tanggal 23 Agustus 2008 oleh Mirza Buchori

Kemarin ada berita cukup mengejutkan dari spanyol, Spanair meledak saat lepas landas. Wow, Spanair terlalu kreatif rupanya, para penumpang tidak di antar ke negara atau kota tujuan melainkan di antar ke alam kubur. Saya sebagai orang yang tergolong sering naik turun pesawat ke pulau2 di indonesia merasa grogi juga mendengar berita ini.

Ada hal penting yang saya perlu kasih komentar mengenai masalah jatuhnya Spanair ini. Maskapai penerbangan komersial Negara kita sudah sekian lamanya di embargo oleh Uni Eropa sehingga pesawat2 kita tidak boleh mendarat di negara2 Uni Eropa. Artinya apa, kita sebagai negara sudah dilecehkan dan dikhianati oleh kesombongan mereka, mereka bukan memandang
sebelah mata ke kita tetapi mereka bahkan tidak mau memandang kita sama sekali, pokoknya ini itu ini itu titik.

Kenapa kita di Lecehkan???
Saya akui tidak semua maskapai penerbangan Indonesia mempunyai standard yang bagus, tetapi untuk yang bagus seperti Garuda ya seharusnya mereka mengakui bagus. Jangan karena ada pesawat jatuh terus di pukul rata mereka mengembargo semua maskapai penerbangan dari negara kita, itu cara yang sangat "Barbar".

Kenapa kita di Khianati???
Setahu saya di dunia ini ada dua pabrik penghasil pesawat yang produknya dipakai hampir semua negara di dunia yaitu Air bus milik konsorsium eropa dan Boeing milik amerika. Setelah kita membeli pesawat2 dari barat kemudian mereka juga yang meng-Embagro kita, mereka juga yang membuat bisnis negara kita menggunakan peralatan buatan mereka menjadi Bangkrut.
Secara intelektual saya rasa mereka orang2 barat cukup pintar untuk melihat sebuah permasalahan sehingga tidak kehilangan inti permasalahan dan tetap bisa mengambil keputusan secara adil. Tetapi kenapa untuk kasus maskapai kita mereka kok sepertinya tutup mata pukul rata semua maskapai kita seolah2 maskapai kita adalah monster udara yang siap merenggut nyawa siapa saja yang menaikinya??? Saya curiga itu ada agenda lain di balik keputusan mereka meng-Embargo maskapai kita yaitu taktik bisnis, mereka ingin me-monopoli bisnis transportasi penerbangan dari dan ke negara mereka.

Kembali lagi ke kasus Spanair.
Pertanyaannya adalah apakah Uni Eropa akan mengembargo maskapai Spanyol yang artinya mereka akan mengembargo sebagian dari mereka sendiri??? Jika mereka mengembargo Spanyol artinya mereka memang berkomitmen dengan aturan2 yang mereka buat.

Tetapi jika mereka tidak melakukan embargo apapun, maka itu membuat semakin jelas bagi kita bahwa Mereka memang tidak rela melepaskan negara2 Jajahan mereka di masa lampau dan mereka kini menjajah negara2 yang telah merdeka ini dalam bentuk lain.

Salam.

Jumat, 15 Agustus 2008

Sosialisasi hukuman

Ditulis Tanggal 15 Agustus 2008 oleh Mirza Buchori

Setiap kali browsing berita, hampir selalu juga ketemu berita mengenai masalah hukum, apakah mengenai pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, artis yang menggugat siapa, Koruptor yang mengelak secara mamalukan untuk lepas dari jerat hukum, lengkap baik dari dalam maupun luar negeri, wuih sumpek juga ya kenapa nggak berita menggembirakan saja yang selalu muncul biar semua orang juga jadi bahagia.

Meski saya seorang sarjana, saya adalah orang yang sangat kurang mengerti dengan hukum. Jika kemudian saya misal menghindari untuk mencuri, menipu atau hal lain yang akan merugikan orang lain itu lebih karena saya merasa perbuatan semacam itu memang perbuatan yang salah menurut saya pribadi. Jika ada yang berfikir saya tidak melakukannya karena saya
paham dengan hukum2 perundang2an yang mengatur itu misal mencuri akan di kenakan pasal ini dan itu dll itu tidak benar, saya sama sekali tidak tahu pasal2 mana, apa hukuman bagi pencuri, pembunuh, wah pokoknya nol besar deh. Mungkin bisa di bilang bahwa bagi saya hukum adalah sesuatu yang exlusive.

Saya adalah orang yang kurang mengerti dengan hukum, tetapi menurut saya sebenarnya hukum itu pun adalah peraturan juga dalam arti kalau kita pandang hukum sebagai suatu kumpulan kesepakatan dari pembuatnya yang hanya berisi hukuman2, pengacara, hakim, jaksa, wah saya rasa itu justru akan membuat hukum itu menjadi sesuatu yang terlalu exlusive sehingga meski konsekwensi terhadap pelanggarannya berat tetapi masyarakat jarang yang tahu karena exlusivitanya tersebut. Coba bayangkan jika hukum itu di pahami secara sama dengan peraturan2 yang umum, misal: peraturan lalu lintas, apa sih sebabnya kita tidak boleh ngebut??? oh bisa terjadi kecelakaan kita dan orang lain bisa rugi karenanya atau Peraturan
di kantor: jangan sering2 bolos kalau tidak mau ke SP atau pecat. Semua itu kan peraturan yang sudah umum mungkin karena sudah seringnya kita tersosialisasikan mengenai peraturan2 itu sehingga kita mudah mengingatnya kenapa dan konsekwensinya apa bagi kita. Kita jadi mudah mengikutinya dan kalaupun ada yang kena sangsi kita sudah nggak ribut lagi karena sudah sama2 tahu.

Nah semakin beragamnya berita mengenai masalah hukum di media2, menurut saya beberapa hal yang exlusive itu sudah waktunya untuk di buat merakyat. Bagaimana caranya??? tentunya adalah dengan sosialisasi. Ya semakin banyaknya kasus pembunuhan malah sampai ada yang berantai, kasus korupsi, perampokan dll menurut saya kejahatan2 semacam itu sudah waktunya untuk di sosialisasikan konsekwensinya jika peraturan2 mengenai kejahatan2 itu di langgar.

Bagaimana melakukannya, misal setiap akhir laporan berita kejahatan sebelum beralih ke berita selanjutnya di berikan slide dan penjelasan dari ahli hukum yang menjelaskan secara singkat mengenai hukuman2 bagi yang melanggarnya, semua jenis kejahatan di buatkan slide-nya, setiap jenis kejahatan itu di beritakan setiap akhir pemberitaan berita itu juga di putar slude itu, nggak perduli sesering apa kejahatan itu terjadi sehingga sering di putar di televisi. Yang penting
buat supaya masyarakat itu familiar dengan peraturan2 dan hukumannya tanpa harus perlu berfikir panjang untuk susah untuk mengingatnya.

Setelah hukum itu telah tersosialisasikan, maka tidak perlu lagi memperdebatkan apakah si terdakwa layak dengan hukuman ini dan itu karena kita sudah sama2 tahu resikonya. Lihat saja yang terjadi baru2 ini, sudah jelas2 pembunuhan berantai atau sadis bisa di dakwa hukuman mati, setelah terdakwa di vonis mati ... eh ada saja yang nggak setuju karena katanya bertentangan dengan kemanusiaan. Ada buanyak hal yang bisa di perdebatkan mengenai masalah2 sosial, karena itu perlu sekali adanya kesamaan pandangan sehingga nggak perlu muter2 debat sana sini. Kalau memang kita menerapkan hukuman mati ya laksanakan, kalau memang di vonis seumur hidup ya masukan segera ke penjara.

Kenapa saya optimis dengan tersosialisasikannya konsekwensi dari apa akibat dari tindakan2 melanggar peraturan akan membantu menurunkan tingkat kriminalitas??? karena saya yakin
setiap manusia itu melakukan segala sesuatu setelah melalui proses yang di sebut berfikir, nah
semakin banyak pertimbangan sebelum melakukan sesuatu termasuk hukuman2 yang akan menghadangnya mungkin sekali akan menghasilkan result yang lebih baik, memang ada juga orang2 yang impulsif, hajar dulu baru mikir, nah untuk orang2 semacam ini HUKUM adalah jawaban yang paling tepat.

Salam,

Senin, 11 Agustus 2008

Pekerjaan Ku adalah yang paling Ueeenak

Ditulis Tanggal 11 Agustus 2008 oleh Mirza Buchori

Waktu itu sudah hampir 2 bulan lamanya saya di jakarta, sudah cukup lama rasanya tidak pulang ke rumah orang tua di lamongan. Akhirnya setelah dipikir2 tiga minggu yang lalu saya putuskan untuk pulang kampung. Sore itu pulang kerja saya langsung mampir sebentar ke kost untuk mengambil tas dan isinya yang sudah saya packing tadi malam dan langsung meluncur ke Gambir, beruntung sekali langsung dapat tiket dan beruntung juga nggak sampai lima menit kereta api saya berangkat, suatu hal yang langka memang jam pulang jalan tidak macet dan kereta yang berangkat tepat waktu.

Tidur di kereta dan pagi hari bangun sudah sampai di surabaya, seperti biasa saya langsung, meluncur ke tempat kakak saya yang ada di nginden untuk menaruh barang2 saya. Ritual saya jika sudah sampai ke surabaya adalah mengunjungi Kost2san saya waktu kuliah yang sampai saat ini masih ada beberapa teman saya semasa kuliah yang masih single dan memilih tetap bertahan si kost ercinta dari pada mancari tempat lain.

Ritual lainnya adalah berkeliling kampus ITS, 4 tahun lalu saya lulus kampus ini tetapi saya masih sering merindukan suasana kampus saya ini. Nah pas di depan SAC(tempat kampus memasang lowongan pekerjaan dan juga tempat para mahasiswa mencari lowongan kerja) disinilah kekesalan ku bermula.

Aku ingat ada teman ku yang jadi dosen dan sedang tugas belajar ngambil S2 di teknik elektro, nah aku panggillah dia, Oke kita ketemuan di SAC. Ngobrol2 dan ngobrol akhirnya sampailah kami ke pekerjaan masing2. Tiba2 dia ngomong ke aku dengan nada enteng :

"Wis pokoknya pekerjaan Ku adalah yang paling Ueeeeeeenak"

Aku bertanya ke temanku ini, apa yang dia maksud dengan "pernyataannya" itu dan sedetik kemudian aku cukup di buat kaget dengan alasan yang membuat dia menganggap bahwa pekerjaannya adalah yang paling "Enak".

"Enaklah, kan banyak waktu lowong, bisa ngeGame, sehari kan dosen hanya ngajar beberapa kali tho"

What the hell man bilang ku dalam hati. Saya tidak ingin membahas mengenai bagaimana nantinya kualitas pendidikan di indonesia nantinya??? atau kualitas mahasiswa indonesia jadi kayak gimana sekarang??? nggak2 saya nggak akan membahas itu, saya rasa itu urusan menteri pendidikan saja he he he, just kidding.

Sebagai orang yang sudah bekerja saya tahu pasti bagaimana rasanya bekerja2 dan bekerja setiap hari, dan saya kecewa dengan pemikiran teman saya ini, sebagai dosen, sebagai mahasiswa S2 dan alumni institut yang bagus dari bandung kok eh ternyata cuman segitu saja. Akhirnya saya buat gurauan yang jika dia berfikir sebenarnya maknanya cukup dalam.

"Jadi U menikmati pekerjaan kamu bukan saat bekerja, tapi di saat lowong2 itu???"

Saya sampai mencontohkan Ibu saya yang merasa rindu bertemu dengan murid2nya di kelas 1 SD yang karena libur panjang jadi cukup lama tidak bisa mengajar mereka. Hanya memang teman ini memang orang jenius secara matematis jadi segudang alasan di keluarkan untuk membela diri sampai akhirnya saya to the point saja dengan pemikiran saya bahwa

"Pekerjaan yang Ueenak adalah pekerjaan yang di saat kita bekerja mengerjakannya, maka saat itulah kita tenggelam di dalamnya"

Kita bahagia justru pada saat kita bekerja, bukannya pada saat kita istirahat atau waktu senggang lainnya di tempat kerja.

Perasaan bahagia semacam inilah yang akan membuat seseorang mampu memberikan totalitas dia dalam bekerja. Sebagai Engineer di perusahaan minyak, dalam bekerja sering kita harus berurusan dengan banyak orang, mendesain sebuah projek yang di kejar waktu, harus mengawasi pekerjaan di hutan selama berminggu2, jika terjadi masalah dan delay maka perusahaan akan dirugikan ribuan dollar perharinya dan banyak lagi hal yang pasti bisa membuat saya pusing delapan keliling jika saya tidak bisa mencintai saat-saat dimana saya sedang bekerja.

Ketika saya ceritakan hal ini ke teman saya lainnya yang bekerja sebagai dokter di sepanjang, dia bilang bahwa pemikiran saya sudah level "Filsafat". Wah saya agak tersanjung sebenarnya, tetapi sebenarnya itu bukan filsafat tetapi hanya sebuah pemikiran yang berusaha memikirkan sesuatu tepat pada tempatnya, itu saja tanpa harus di intervensi oleh Egois-me kita, karena jika kita melibatkan egois-me kita bisa2 nantinya hanya akan membuat pembenaran ke kita dan malah kehilangan inti dari permasalahannya.

Kami jadi mengembangkan objek berfikir ke orang2 indonesia yang sering bilang bahwa

"mereka ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, lebih enak dari pekerjaan mereka sekarang",

mungkin maksud sebenarnya di dalam kepala mereka adalah

"Mencari pekerjaan yang lebih Santai dan boleh bermalas2an".

Sebuah hasil pemikiran orang2 yang terbelenggu oleh ego mereka masih2. Mereka bisa2 saja membabibuta mempertahankan pemikiran itu, tetapi saya percaya tuhan maha adil. Siapa yang lebih tekun dan pintar dalam bekerja akan memperoleh penghargaan yang tertinggi, mungkin saat awal antara orang2 pemalas dan orang2 rajin tidak kelihatan langsung perbedaannya
tetapi nanti kita lihat saja hasilnya.

Sebelum semuanya terlambat, Ayo:
Hargailah pekerjaan kita.
Nikmatilah pekerjaan kita.
Semoga kita bisa sukses dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan kita.

Salam,

Sabtu, 09 Agustus 2008

Budak Kapitalis

Ditulis Tanggal 9 Agustus 2008 oleh Mirza Buchori

Sebenarnya saya sudah cukup mikir2 untuk menulis uneg2 saya yang satu ini atau tidak, kenapa harus pikir2 dulu??? Karena akan banyak "menampar" manusia2 jaman sekarang. Lho kok bisa??? jadi begini...

Tiga minggu yang lalu kantor saya mengadakan family gathering ke bali, yah setelah setahun kita kerja di kantor lumayan juga kalo dapat refreshing ke bali gitu. Nah di bali kami muter2, pagi sampe sore kita acara keliling bali sama rekan2 kantor pake bus dan ada pemandunya, malam harinya kami keluar sendiri2.

Nah pas keluar bareng di hari kedua, saya ketemu sama beberapa teman yang salah satunya adalah junior saya, kebetulan juga kaos yang kami gunakan bermerek sama hanya beda warna. Mengatahui ada orang lain menggunakan merek sama untuk kaosnya(merek yang branded sih memang) si junior ini menggerutu dan bilang:
"Ah meski sama merek pasti kaos saya lebih mahal"
"Kaos saya lebih baik kualitasnya dan warnanya lebih bagus"
dan tetap saja menggerutu kenapa kok bisa sama.

Saya sih cuman senyum2 dan sedikit bergurau mengenai hal ini, sebenarnya saya bahkan sama sekali nggak punya niat untuk membahas karena menurut saya hal ini sangat tidak penting ting ting ting untuk di bahas, tetapi ternyata hal ini sangat serius untuk bisa membuat junior saya menggerutu habis2san.

Setelah saya balik ke jakarta saya merenung, kenapa gitu aja kok di bikin ribet??? bagi saya pakaian hanyalah sebatas kebutuhan sandang saja tidak lebih, kalau pun saya beli beberapa baju bermerek itu tidak lebih karena saya tertarik modelnya sudah itu saja, mau mahal atau murah, mau bermerek atau buatan lokal sama sekali nggak masalah.

To the point saja, saya cenderung menyalahkan sistem "Kapitalis" untuk masalah2 seperti ini, kenapa???

Menurut saya sistem kapitalis itu di rancang dengan dasar yang kuat oleh sistem ekonomi primitif yaitu

"Modal serendah2nya untuk memperoleh Keuntungan yang sebesar2nya".

Contoh, lihat saja barang2 di mall banyak barang2 bermerek yang saya akui kualitasnya bagus tetapi di jual dengan harga yang terlalu mahal jika di bandingkan dengan barang dengan kualitas sama yang tidak bermerek, orang2 itu terpaksa membayar jauh lebih mahal. Jangankan yang kualitas bagus, wong yang sampah saja bisa kalo sudah masuk mall bisa di jual mahal kok.

Tetapi kenapa "Kapitalis" berhasil memanfaatkan orang2 itu sehingga mereka tetap bisa bangga setelah di manfaatkan habis2san dengan memborong2 barang yang nilainya lebih mahal dari yang seharusnya??? Kapitalis bahkan mampu menjual barang yang baru masuk ke pasar dengan harga langsung "Terbang Kelangit". Kenapa???

Kapitalis sangat memahami bagaimana menggiring orang2 untuk membentuk wacana bahwa "saat ini barang2 ini dan itulah yang sedang ngetren", orang2 ini di arahkan pemikirannya bahwa jika tidak memiliki yang ini dan yang itu maka mereka ketinggalan jaman atau yang saat ini di sebut nggak Gaul, de el el... bagaimana caranya???

Mudah saja, saat ini media yang dahulu penyebar informasi kini oleh kapitalis telah di rubah menjadi mesin kapitalis yang sangat effisien. Iklan di semua media: radio, televisi, internet, di jalan2, de el el di putar dan di pasang 24 jam nonstop untuk "Menyihir" pemikiran orang2 itu, sehingga mereka berbondong2 membeli produk dengan banderol super mahal menggunakan "Uang" yang telah mereka kumpulkan sebulan penuh dengan keringat bercucuran dan mungkin ada yang harus meninggalkan keluarga mereka di rumah saat bertugas, yang bagi saya merupakan sebuah hal yang "Menyedihkan".

"Kapitalis selain selalu Memanfaatkan orang2 itu juga selalu pula Menghianati orang2 itu juga", kok bisa??? Adalah hal yang wajar jika setiap produk setelah beberapa saat mengeluarkan produk versi terbaru, tetapi dengan pengkondisian yang dahsyat dari media oleh "Mereka", maka barang2 yang telah di beli orang2 itu sebelum versi terbaru keluar akan langsung menjadi jatuh harganya bahkan bisa di bilang tidak berharga karena sudah langsung berstatus barang usang jika versi terbarunya sudah keluar.

Bagi orang2 yang telah benar2 terintimidasi oleh pembuatan wacana mengenai Trend oleh "Mereka" mungkin akan malu untuk menggunakannya lagi yang akan secara tidak langsung memaksa orang2 itu untuk segera membeli versi terbaru dengan harga "Berapapun" dan dengan cara "Apapun". What the hell, man...

Di sinilah inti pemikiran saya.

Memiliki pemikiran yang "Independen" mengenai "kebutuhan" kita adalah sangat penting untuk bisa memilah mana sebenarnya "Kebutuhan" kita dan mana juga yang merupakan "Keinginan" kita. "Mereka" tahu pasti untuk lebih mengexploitasi "keinginan" kita karena "Keinginan" itu bisa di kembangkan sampai "Tak Terbatas", sementara kebutuhan itu terbatas.

Oke, sudah jelas. Jadi pastikan kebutuhan kita adalah yang utama. Kalaupun kita berniat memenuhi keinginan kita pastikan itu sudah sangat realistis.

Jadi: "Jangan sampai menjadi BUDAK KAPITALIS".

Salam

Selasa, 05 Agustus 2008

Uang dan Kebahagiaan

Ditulis Tanggal 5 Agustus 2008 oleh Mirza Buchori

Sekitar 3 bulan lalu saya membeli majalah bulanan yang membahas mengenai psikologi. Di salah satu babnya ada sebuah artikel yang membahas mengenai hubungan antara Uang dan kebahagiaan dalam artikel yang berjudul "Kaya belum tentu Bahagia" tanpa perlu membacanya saya sudah tahu intinya ya kira-kira sama dengan judulnya itu, hanya saja di lengkapi dengan argumen, statistic dan macam2nya sebagai pemanis.

Tiga hari yang lalu saat saya membaca koran, saya juga ketemu dengan artikel yang mirip di sebuah koran yang berjudul Uang dan kebahagiaan. Nah mulai dari sinilah saya mulai tertarik untuk ikut menyelami kenapa hal ini di angkat sebagai wacana????

Menurut saya manusia bisa di pandang sebagai
1. Mahkluk sosial
2. Mahkluk yang membutuhkan materi

Sebagai makluk sosial manusia akan membutuhkan manusia yang lain, itu pasti meski hanya sebagai teman bicara, teman sekantor dan juga sebagai suami istri. Jika kontexnya adalah manusia sebagai mahluk sosial maka tidak tepat sama sekali jika kita memasukan Uang sebagai salah satu parameter untuk mengukur tingkat kebahagian, itu Salah Total.
Coba saya tanya, jika rekan2 sekalian bertamu Sahabat lama : Apakah kalian akan Bahagia??? Ya iya lah, terlepas apakah karena kita bisa melepas kangen atau kita mau nagih hutang( he he he...) dan kebahagiaan semacam ini memang tidak bisa di ganti dengan uang tho...

Tetapi jika kita melihat manusia sebagai mahkluk yang membutuhkan materi, misal makan untuk bertahan hidup, mobil untuk kenyamanan kita bepergian, handphone untuk kelancaran komunikasi dan lain2...maka sudah pasti saya bisa bilang bahwa orang yang punya Uang banyak akan selalu bahagia dari segi materi karena semua materi pasti bisa dia beli dan bisa memilih yang berkualitas tinggi.
Coba saya tanya lagi, setiap anda berhasil membeli barang yang anda idam2kan apakah anda merasa Bahagia??? Ya iya lah, apalagi kalau untuk membeli itu kita harus kerja siang malam untuk mengumpulkan Uang.

Jadi maksud saya adalah kita harus membedakan antara kebutuhan dan juga kebahagiaan manusia itu mau di tinjau dari sisi yang mana, apakah sebagai mahkluk sosial atau sebagai mahkluk yang membutuhkan materi. Pemahaman yang sempit bisa membuat orang menjadi malas bekerja untuk hidupnya sendiri, misal yang saya sering dengar:

"Lho kan banyak uang belum tentu bahagia, jadi ngapain kerja keras"
"Ah kamu itu tahu apa, banyak hal yang tidak bisa di beli dengan uang Bung"
Masalah dari dua orang ini adalah sama yaitu "mencampur adukan antara manusia sebagai Mahkluk sosial dan manusia sebagai Mahkluk yang membutuhkan materi", ya nggak ketemulah dan bisa jadi orang semacam ini akhirnya mereka memilih santai2 melewati hari2nya.

Tetapi ketika melihat kawan yang lain sudah mapan sandang, pangan dan papan mereka si pemalas hanya bisa bilang: "Kamu memang selalu beruntung bung", saya sudah begitu sering mendengar hal semacam ini sampai saya mual dan muntah.

Memangnya semua kerja keras yang kita lakukan itu harus di laporkan ke sumua orang apa???
Apa orang2 itu tahu ketika mereka sedang bermalas2san, tiduuuurrrrrsaat itu kita sedang bekerja memeras otak hah???

Yang saya khawatirkan adalah jika Topik semacam ini : Uang dan kebahagiaan, Kaya belum tentu bahagia, dll segala bentuknya itu di konsumsi secara mentah, itu bisa membuat produktifitas kita menurun, hal ini bisa sangat berbahaya.

Di jaman sekarang ini semua orang juga tahu kalau setiap pekerja itu sebagian besar hidupnya adalah di kantor atau di pekerjannya, bahkan lebih besar dari porsi di ke keluarga, lihat saja pagi sampai sore bahkan malam kita di kantor pulang malam paling nggak sampe tengah malam dah tidur, berapa jam buat kantor kita berapa jam buat keluarga kita, belum lagi kalau kita tinjau dari effektifitas komunikasi saat fresh di kantor dengan saat sudah cape dirumah, wah bisa2 semua hidup kita untuk kantor nih.

Nah kalau kita makan mentah2 pemikiran semacam : Uang dan kebahagiaan, Kaya belum tentu bahagia...bisa2:
1. Kita bisa malas kerja, apalagi motifasi kerja wong Uang bukan hal penting???
2. Karena malas kerja, karier jelek sementara teman2 kita sudah pada naik pangkat karena mereka rajin
3. Kita jadi jauh sama teman2 kita
4. Wah ruwet lah pokoknya.

Jadi Uang tetap sangat penting tetapi kualitas hubungan dan emosional kita dengan orang2 disekitar kita juga sangat penting, sehingga mari kita seimbangkan, mari kita peroleh kuda2nya.

Salam