Salam Sahabat

Assalamualaikum
Yo opo kabar e "Prend"


Sabtu, 06 September 2008

Kaum Pesakitan

Ditulis Tanggal 7 September 2008 oleh Mirza Buchori

Rumah pesakitan, sepengetahuan saya semua pesakitan(pelaku kejahatan yang telah di putuskan bersalah) akan di masukan ke rumah ini untuk menjalani masa hukuman sesuai dengan keputusan pengadilan. Bayangan saya dulu waktu masih kecil, di tempat ini para pesakitan selama mejalani masa hukuman akan di sadarkan akan kesalahan2 yang telah mereka perbuat supaya jika keluar dari rumah ini nantinya akan menjadi orang yang baik.

Tetapi yang saya dengar dari media belakangan ini kok malah, bertolak belakang ya. Jadi di dalam sana ada juga jual beli narkoba, ada pemerasan terhadap mereka: mereka di mintai uang airlah, uang kebersihanlah, dll yang jika tidak di penuhi akan ada konsekwensi yang di terima tanpa bisa menolaknya, saya yakin sebenarnya semua itu sudah di bayar/menjadi tanggungan pemerintah. Saya nggak terbayang, dari mana mereka mendapat uang untuk membayar ini dan itu sementara mereka ada di tempat yang secara logis sangat membatasi mereka dengan hal-hal yang bisa mendatangkan penghasilan.

Oke, mereka telah berbuat jahat di luar sana, tetapi di luar sana jika mereka melakukan kejahatah masih ada aparat keamanan yang akan menangkap mereka dan lembaga2 hukum yang siap mengadili kasus2 kejahatan, tetapi di dalam rumah ini jika hal itu terjadi kepada mereka, akankah ada aparat dan lembaga hukum yang akan mendengar mereka??? saya ragu mengenai hal ini.

Mereka seakan masuk ke dalam dunia yang mungkin lebih primitif, sebuah dunia di mana jika ketidakadilan terjadi Mereka mungkin hanya bisa pasrah menerima hak2nya di injak2 orang lain atas dasar "kamu penjahat" oleh orang2 yang mengaku orang2 bersih padahal sebenarnya lebih kotor. Mengapa lebih kotor??? Oke, pesakitan itu adalah pelaku kejahatan, tetapi mereka melakukannya dengan resiko untuk di hukum jika tertangkap, mereka tahu pasti.

Sementara orang2 itu, mereka tidak lebih dari orang2 yang meludahi martabat mereka dan mencoreng kepercayaan yang di amanahkan kepada mereka, seperti orang baik di luar padahal di situ mereka seperti kaum penjajah di jaman feodal dulu. Jadi bagaimana pesakitan's bisa menjadi lebih baik saat keluar nantinya jika selama di sana mereka justru di ajari dengan keras mengenai "siapa yang berkuasa" dan "siapa menjadi korban kesewenangan". Apa tidak malah mereka menjadi orang2 yang semakin sakit nantinya.

Segala penyelewengan atas nama kurangnya penghasilan adalah Omong Kosong, semua tempat kerja apakah Swasta apakah Pegawai Negeri punya mekanisme untuk mengundurkan diri, kenapa tidak memanfaatkan itu untuk keluar dari pekerjaan yang gajinya "dirasa" kurang untuk mencari penghasilan yang lebih "tinggi" di tempat lain??? kenapa malah memilih menyalah gunakan wewenang??? jawabannya adalah "Semua itu hanya alasan".

Negara punya kewajiban untuk mensejahterakan dan melindungi rakyat, artinya disini tidak terbatas pada orang baik atau orang jahat, rakyat ya rakyat, semua warga negara. Itu juga adalah tantangan bagi pemerintah, mereka harus mampu bisa mengayomi tidak hanya orang2 yang dulu menjadi pendukung mereka saja saat pemilu tetapi juga orang2 yang mungkin dulu menjadi saingan mereka dan simpatisan yang dulu menjelek2kan mereka, dalam kontek negara semua warga negara berhak mendapatkan hak asasi manusia yang merupakan anugrah langsung dari -Nya.

Salam.

Senin, 01 September 2008

Kapitalisme politik sebuah kendaraan politik individu

Ditulis Tanggal 1 September 2008 oleh Mirza Buchori

Melihat kompetisi antara Hillary dan Obama sangat menarik, masing2 dari aliran politik yang sama tetapi bersaing dengan ketat untuk menjadi kandidat presiden AS. Tidak ada kecenderungan saling menghancurkan dalam kontek mengorbankan partai karena masing2 sadar bahwa mereka adalah orang2 yang memperjuangkan politik dengan wadah yang sama. Bahkan kenyataan saat ini Mantan saingan Obama menjadi pendukungnya, sungguh suatu kedewasaan politik.

Hal yang aneh terjadi di negara saya, di sini aliran politik Partai rasanya kok bukan masalah penting, yang penting adalah punya tokoh yang di kenal masyarakat dan bisa menjaring masa, sing penting partai itu bisa menang titik. Ada juga partai baru lain yang simpatisannya sama dengan partai besar yang sudah ada, peresmiannya pun yang datang juga ketua partai besar itu, jadi ingat pelajaran biologi kayak amoeba (binatang ber-sel satu) bisa membelah diri whuusssss jadi dua...jadi tiga....tuing tuing tuing...kenapa sih suka banget bikin partai???? yah mas, mobil boleh saja banyak yang penting "saya" adalah sopirnya gitu kali ya....ha ha ha...

Kekuatan ketokohan ini pula yang membuat jika tokoh-nya di senggol sedikit saja langsung di bela, benar salah pokoe tokoh ku, gitu mungkin kata mereka dalam hati. Kena sorot sedikit saja katanya bernuansa politis-lah, pembunuhan karakter-lah wah pokoe tidak menunjukan adanya tanda2 kedewasaan sebagai negarawan besar, pokoe bela meski jika terbukti si tokoh yang salah nantinya effeknya negara akan bisa di selamatkan, memang mereka itu benar2 "tangguh".

Jadi pengin bertanya:
Katanya kepentingan bersama(baca: negara) di atas kepentingan pribadi??? itu kata bu guru saya, yang meski gaji kecil tetapi mengajarkan hal2 yang mulia.


Coba kalau partai2 di negara kita punya Kaderisasi yang benar sehingga mampu menghasilkan kader2 partai yang nantinya akan menjadi negarawan2 yang akan mewakili rakyat mengelola negara ini, dengan Kaderisasi yang sukses maka nggak ada istilah selalu membela tokoh orang perorang, jika memang tokohnya salah Ya "Sikaaaaaaaaatttttt" wong kader berkualitas banyak ya thoooo..., beda dengan jika tidak punya kader yang ada pokoknya bela bela dan bela...

Politik telah ber-asimilasi dengan kapitalisme, yang penting MEREK.

Salam,