Salam Sahabat

Assalamualaikum
Yo opo kabar e "Prend"


Selasa, 04 Maret 2008

Ojek di Halte Bus Way

Ditulis Tanggal 26 January 2008 oleh Mirza Buchori


Hari ini adalah hari-hari terakhir dari cuti yang saya ambil untuk jatah cuti tahun 2007 yang pada tahun ini belum sempat saya ambil, sehingga saya ambil di awal-awal tahun 2008. Sebelum masuk kantor lagi saya sempatkan untuk mencari buku bacaan di gramedia Matraman, biasanya memang saya mengisi waktu sehabis pulang kantor adalah dengan membaca buku, main game atau berlatih Billiard di hanggar.


Pagi itu saya berangkat sekitar jam 10:00 dari kost, berjalan menuju ke seberang hero ke halte bus, seperti sebelum naik bus way ke gramedia saya naik metromini ke halte busway di bendungan hilir. Seperti biasanya sesampai di benhil(singkatan dari bendugan hilir), saya berjalan menuju ke penjualan ticket bus way. Sebenarnya sudah cukup sering saya naik busway dari benhil, tetapi baru siang itu saya merasa ada yang aneh dengan area bawah jembatan penyebrangan menuju ke conter ticket. Saya merasa bahwa ada buuanyak sekali tukang ojek yang mangkal di area ini, sepertinya begitu cepatnya perkembangan jumlah ini sehingga membuat saya cukup kaget melihat keadaan ini siang hari ini.


Dengan tanpa bermaksud sombong atau meremehkan profesi tukang ojek, saya merasa hal ini tidak tepat. Kerumunan tukang ojek ini menurut saya membuat suasana menjadi padat dan tidak nyaman. Sepeda-sepeda motor yang di parkir di sepanjang area bawah jembatan menuju conter bus way itu merampas hak pejalan kaki sebagai pengguna trotoar, hal ini diperarah dengan adanya pedagang makanan kecil di sekitar para tukang ojek itu, hal ini terjadi belum lagi program bus way ini berhasil mengurangi kemacetan dengan menarik masyarakat yang biasa menggunakan mobil pribadi untuk keperluan keluar rumah, sehingga melihat perkembangan kondisi sekitar counter bis way ini menurut saya kita masih jauh pada bebas dari kemacetan. kemunculan mereka di area fasilitas umum itu membuat fasilitas umum menjadi kumuh, tidak nyaman, tidak sedap di pandang mata.

Mereka disana tentu tidak hanya sekedar memarkir sepeda motor kemudian duduk manis sambil menunggu datangnya pengguna jasa mereka tetapi juga menghabiskan sebagian "Hidup" mereka disana tahu kan maksud saya, jika hal ini tidak segera di ambil tindakan penertiban atau menunggu jika kondisi sudah parah maka bisa jadi masyarakat pengguna busway akan menggunakan alternatif lain, bisa kembali ke angkutan jalanan atau mobil pribadi. Bisa-bisa seperti kasus para PKL yang akhirnya salah kaprah "mau di gusur kok mereka sudah lama cari duit di sana mau nggak di gusur kok bagaimana???".


Bayangkan saja jika infestasi untuk fasilitas umum yang begitu besar terbuang sia-sia hanya karena pemerintah kita tidak bisa merawatnya untuk masyarakat, maka berarti anggaran belanja pemerintah akan berkurang untuk hal-hal yang gagal. jika hal ini terjadi terus-menerus pada proyek2 fasilitas umum lainnya maka, bisa2 negara kita bisa bangkrut. Memang sepertinya hal ini sangat hyperbolic walau pun menurut saya ini sangat mungkin, lihat saja jumlah hutang pemerintah kita ke investor luar negeri, meski saya tidak tahu jumlahnya setahu saya tiap warga negara sudah menanggung beberapa juta rupiah hutang negara termasuk bayi yang baru lahir.


Memang kita sudah sering di hadapkan pada kondisi dimana fasilitas2 umum itu sudah tidak layak lagi tetapi mengingat tidak ada atau alternatif lainnya jauh lebih mahal sehingga kita tinggal menerima saja kondisi2 itu, misalkan saja metromini di jakarta. Menurut saya kok sudah tidak layak jalan di ibu kota negara kita tercinta Jakarta, tetapi karena tidak ada alternatif maka kita tetap menggunakannya. Kadang saya tertawa juga sendiri, setelah kita lebih dari setengah abad merdeka mengapa masih banyak pemimpin negara kita yang hanya bisa berfikir begitu-begitu saja, yang menurut saya banyak sekali masyarakat kita ini yang bisa berfikir jauh lebih baik mengenai solusi dari berbagai macam masalah.


Mana manfaat yang di peroleh oleh para pejabat dari studi banding ke luar negeri??? Apakah begitu sulitnya menerapkan apa yang sudah berhasil di terapkan oleh bangsa lain untuk di terapkan di negara kita???Apakah hanya karena sulit kemudian kita tidak berusaha untuk lebih baik lagi??? Mungkin pertanyaan terakhirnya adalah jika memang sulit sekali memimpin negara ini, kenapa pencalonan menjadi pejabat masih sangat semarak, lihat itu pilkada yang sekarang ini masih hangatnya???


Salam.

Tidak ada komentar: