Salam Sahabat

Assalamualaikum
Yo opo kabar e "Prend"


Kamis, 20 Maret 2008

Pembangunan

Ditulis Tanggal 20 March 2008 oleh Mirza Buchori

Tahun 2005 saya di terima di perusahaan di jakarta, Senang sekali bisa keluar dari pekerjaan saya sebelumnya di sidoarjo. Rasanya seperti terbebaskan dari belenggu ketidakpuasan yang selama ini saya keluhkan di sana.

Sampai saat ini saya sudah 3 tahun di jakarta, selama ini juga saya melihat dan mengalami sendiri bermacam masalah2 yang mestinya menurut saya kok aneh jika terjadi di ibu kota sebuah negara: Langganan Banjir, Macet, Angkutan kota yang sudah tidak layak jalan, sarana umum yang rusak di mana-mana. Melihat situasi seperti ini, saya mempertanyakan pernyataan saya sendiri dulu bahwa Pembangunan hanya terpusat di Jakarta saja.

Kenapa saya pertanyakan adalah karena menurut saya jika masih banjir, berarti belum di bangun suatu sistem perencanaan saluran air yang baik, masih macet, mungkin sekali sarana transportasi belum di bangun dengan baik dalam jangka panjang, de el el. Saya tidak tahu apakah itu karena pemimpin kita yang tidak tahu sebaiknya kita ini membangun apa??? ataukah memang untuk membangun itu butuh banyak sekali biaya sehingga memang sebuah proses yang sangat panjang???

Belum selesai saya memikirkan mengenai teka-teki pembangunan terpusat ini saya malah pindah ke pemerataan pembangunan. Menurut saya kok ini akan lebih ruwet lagi. Ruwetnya ini salah satunya adalah karena masyarakat kita ini terdiri beragam suku yang tersebar di seluruh nusantara. Pembangunan itu sendiri mungkin tidak bisa hanya kopi paste dari daerah satu ke daerah lain, mengapa??? karena kalau mau bener2 membangun ya harus tetap sesuai dengan karakter masyarakat daerahnya tho.

Kenapa begitu??? dari pengalaman saya masuk ke pedalaman sumatra dan kalimantan dalam rangka tugas kantor, saya menemui hal2 semacam expor kultur dari jawa ke daerah2 itu, contoh sepele: ketika saya on job di pedalaman hutan sumatra, eh warung sebelah area kerja jualan lodeh makanan khas jawa, lucu juga dan mungkin saya sih bersyukur di area pedalaman masih bisa makan masakan "ibu".

Hanya saja kalau saya lihat lagi, mana penduduk aslinya??? di pedalaman sumatra ada suku namanya suku "anak dalam", masih hidup nomaden di hutan itu, meski sudah menggunakan motor sebagai alat transportasi tetapi masih tetap "anak dalam". Hal yang lucu dari mereka adalah jika mereka berjalan berkelompok mereka akan berbaris satu baris kebelakang, he he he. Mereka hidup seperti itu meski di samping halamangubuk mereka terdapat perusahaan minyak, pabrik kayu, pabrik kertas dan perusahaan lainnya.

Saya jadi mempertanyakan, apakah selama ini kita memang telah memeratakan pembangunan dalam arti pembangunan pabrik2 diluar jawa, ataukah kita hanya memeratakan perluasan bisnis beberapa pengusaha saja.

Tetapi sebenarnya kita bisa optimis, jika perusahaan2 besar telah merambah ke pedalaman mungkin sisi positive thinking-nya adalah pemerintah kita lebih bisa menyentuh rekan2 kita yang masih di gubuk2 itu dengan memberdayakan perusahaan2 itu. Terkadang saya malu juga jika saya dengan supir saya berkendara di jalan2 pedalaman sementara mereka penduduk asli yang tanahnya kita gusur untuk membuka lahan dan jalan hanya bisa berjalan tertunduk di tepi jalan yang berdebu itu.

Pemberdayaan perusahaan2 itu saya yakin merupakan salah satu solusi untuk mengangkat mereka sebelum pemerintah dalam ini orang2 jawa masuk ke rumah2 mereka dengan justifikasi pembangunan. Mungkin dengan pemotongan pajak perusahaan untuk di alihkan ke pembangunan orang2 pedalaman. Pengetatan pada community development perusahaan2 itu, program putra daerah yang serius dalam arti benar2 di develop untuk menjadi karyawan dalam
arti sebenarnya bukan hanya sekedar pekerja kasar karena takut di demo atau takut di ganggu, de el el.

Terakhir pembangunan memang perlu dilakukan secara merata apakah di jawa dan pulau2 lainnya sampai pada penduduk pedalamnnya, tetapi untuk memeratakan pembangunan itu perlu upaya pencerdasan orang2 asli sana supaya mereka bisa menjadi agen dalam pembangunan daerah mereka dan bukan hanya menjadi korban atas nama pembangunan.

Salam

Jumat, 14 Maret 2008

Ternyata aku memang sok tahu

Ditulis Tanggal 14 March 2008 oleh Mirza Buchori

Malam kemarin saya merasa kondisi fisik saya turun drastis, sehingga akhirnya saya memutuskan setelah jam 15:30 saya akan langsung pulang kantor. Sesampai di kost, saya langsung tiduran sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuh saya yang terasa pegal semua dan panas, rasanya keringat di peras begitu keras sehingga mengalir deras sekali keluar dari pori-pori tubuh saya, begitu banyaknya keringat itu sehingga seperti habis lari berkilo-kilo meter jauhnya.

Beberapa jam saya menahan rasa sakit itu, sampai saya berfikir apakah sakit saya begitu parah sehingga akan bisa berakibat fatal, terlintas juga bayangan Bapak dan Ibu yang sedang ada di Lamongan dan juga kakak dan adik saya, mode mendramatisir "ON", peace. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil obat yang saya peroleh dari berobat ke medex kemarin (nama
medical center di perusahaan saya). Beberapa saat kemudian demam saya turun dan kondisi saya tampaknya sudah normal kembali, kemudian saya berfikir bahwa betapa sok tahunya saya, kenapa???

Kondisi sakit saya ini sebenarnya sudah saya alami kira-kira mulai kurang lebih 2-3 minggu lalu. Selama ini memang jika saya mengalami sakit semacam demam dan flu, saya selalu mendiamkannya dengan alasan "ahh nanti kan sembuh sendiri", hal ini sudah menjadi rutin mengingat penyakit langganan saya ya memang panas, demam dan batuk. Saya juga pernah mengalami Typus dan demam berdarah(DB) yang keduanya mempunyai gejala relatif sama yaitu rasa panas membakar tulang. Nah ketika penyakit ini datang, karena rasa demamnya tidak seperti ketika kena typus atau DB ya saya ambil kesimpulan "ahh nantikan sembuh sendiri". Lama saya rasakan penyakit ini kok nggak ada reaksi apa-apa, seperti penyakit langganan saya. Oh iya demam dan flu langganan saya berpola seperti berikut: datang gejala --> masa sakit --> masa puncak/peak sakit --> sembuh dengan sendirinya. Nah entah kenapa kok yang saya rasakan kali ini berbeda.

Sakit ini kok, tenang2 saja berada di level yang sama setelah beberapa minggu, meski hanya demam tetapi effek sakitnya itu bisa berlipat ganda jika sedang berada di dalam kantor yang ber-AC. Tidak tahan dengan kondisi ini akhirnya saya menyerah juga, akhirnya saya ke medex (nama medical center di perusahaan saya). Setelah mengutarakan semua keluhan saya, Dokter Muhammad, Dokter yang saya percayadi medex bingung juga dengan kondisi saya. "Nah pasti sebenarnya nggak apa-apa thooo" pikir saya dalam hati, wong Dokter saja bingung kok.

Karena tidak ada informasi mengenai sakit saya akhirnya Dokter muhammad merekomendasikan saya untuk Cek darah. What the hell????? cek darah Dok, yang di sedot pake suntika itu ya??? Ya ampun mati aku pak??? aku sudah pusing saja menuju tempat pengambilan darah, maklum ambil darah selalu bikin aku grogi. pernah dulu saking groginya sampai darah nggak mau mengalir meski sudah di coblos sana coblos sini, akibatnya malah di suntik sampai beberapa kali deh.

Begitu masuk, aku disapa dengan senyum oleh mas penjaga dan aku berusaha membalasnya dengan seyum manis tetapi kok yang keluar senyum aneh, aku juga nggak tahu kenapa, he he he...sudah di ambil darah, di test ternyata kesimpulannya adalah aku kena infeksi. Dalam hati aku protes karena masak cuma infeksi saja bikin aku begini??? Mode nggak percaya "ON". Besok sorenya saat kondisiku tiba2 parah, aku akhirnya meminum obat2 yang di berikan oleh
Dokter Muhammad, dan ajaibnya Beberapa saat kemudian demam saya turun dan kondisi saya tampaknya sudah normal kembali.

Sambil duduk saya mencoba merenungkan beberapa hal, wong mau check up tinggal datang ke medex, mau berobat kemanapun nanti akan di ganti perusahaan, tetapi dari pada itu wong untuk diri sendiri kok ogah-ogahan terlebih lagi ini masalah kesehatan diri sendiri yang semua sudah pada tahu kalau kesehatan itu tidak ternilai harganya. Setelah saya pikir lebih jauh lagi saya memahami bahwa memang ada orang2 tertentu yang sangat ahli di bidangnya, begitu
hebatnya orang-orang ini sampai2 "diri kita sendiri", si orang hebat ini pun lebih tahu, contohnya gak usah jauh2: saya dan Dokter Muhammad, saya yang sakit, penyakit ini kan ada di diri saya, tapi kok orang lain yang lebih tahu dari saya bahwa saya perlu ini dan itu, ya thooo...

Saya semakin yakin bahwa kita memang tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain, kita juga perlu orang lain yang bisa memahami diri kita sendiri, apa lagi untuk memahami sesuatu yang ada di luar kita, semoga saya tidak terlambat untuk menyadari bahwa sikap sok tahu saya itu ternyata hanya membuat saya menjadi susah sendiri dan tolol.

Sepertinya "kita perlu untuk belajar memahami orang lain seperti kita ingin di pahami, kita perlu menghargai orang lain dalam takdirnya masing-masing.

Mengapa saya bilang "seperti?", karena hal ini masih terlalu sulit bagi saya untuk memahaminya dan mengaktualisasikannya.

Salam

Senin, 10 Maret 2008

100 Tahun Kebangkitan Nasional

Ditulis Tanggal 10 March 2008 oleh Mirza Buchori

Salah satu kegiatan saya di saat senggang selain membaca buku adalah mendengarkan radio dari handphone, mungkin sudah agak ketinggalan jaman jika dilihat bahwa jaman sekarang sudah begitu banyak sarana berita semacam televisi dengan channel yang semakin banyak, hal ini belum lagi jika di tambahkan saluran2 TV cabel. Bagi saya radio handphone ini selain handy juga simple, saya bisa mendengarkan berita saat berjalan menuju kantor, sambil mengerjakan pekerjaan kantor dan lain2 yang mungkin tidak akan saya peroleh dari televisi.

Ngomong-ngomong soal channel radio, saya suka sekali dengan channel Smart FM. Bagi saya radio ini adalah sebuah revolusi siaran radio dari "content" yang "tradisional" menjadi "berkarakter maju", kenapa saya sebut demikian adalah alih alih hanya menutar tangga lagu terbaru atau topik inter aktif kurang mendidik semacam seks pranikah, radio ini kok beda. Disini saya mendapatkan pelajaran tentang :
1. Motivasi
2. Investasi
3. Berita terbaru
4. Multiple Inteligent(termasuk emotional Question)
5. Dan beberapa hal yang sangat penting untuk human develpment

Nah, beberapa menit lalu saya mendengar komentar beberapa tokoh indonesia mengenai perasaan kita dalam menyambut "100 th Kebangkitan Nasional", beberapa tokoh itu seperti:
1. Susi Susanti, peraih mendali emas olimpiade pertama untuk Indonesia
2. Menteri komunikasi, Bp M. Nuh, yang merupakan Rektor saya dulu saat masih berkuliah di ITS
3. Ebit G A D, musisi senior indonesia

Menanggapi tentang pertanyaan bagaimana perasaan mereka tentang menyambut "100 th kebangkitan Nasional" itu, kabanyakan semua dari mereka menjawab yang intinya adalah bahwa mereka sangat bangga dengan perayaan ini karena kita bangsa indonesia adalah bangsa yang besar, yang mampu bersaing dengan bangsa lain di kancah internasional. Menurut saya jawaban semacam itu terlalu abstrak, malahan jika di telaah lebih lanjut menurut saya kok salah tempat artinya tidak sesuai dengan pertanyaannya. Pertanyaannya kan Kebangkitan Nasional bukan tentang wawasan kebangsaan sebagai warga negara.

Jika saya di tanya menganai bagaimana perasaan saya menjadi warga negara Indonesia (wawasan kebangsaan), maka pasti akan saya jawab bahwa saya bangga menjadi warga negara ini karena kita ini bangsa yang "besar". Makna besar disini adalah kita ini bangsa yang terdiri dari bermacam-macam suku dengan bermacam-macam kebudayaan, adat istiadat, bahasa, de el el, sesuatu yang bahkan tidak dimiliki oleh negara adidaya macam amerika sekalipun, tidak percaya??? ayo kita tengok Amerika, mana ada mereka membanggakan budaya asli mereka dalam hal ini adalah budaya "indian", kala itu ketika orang2 eropa sampai ke daratan Amerika mereka memberi cap suku indian(suku asli benua Amerika) sebagai para pengikut setan yang harus di musnahkan.

Akhirnya apa??? budaya itu terseleksi oleh alam dimana siapa yang kuat dialah yang berkuasa, sehingga Amerika saat ini adalah sebuah bangsa tanpa budaya, nggak mungkin dong mereka mengakui bahwa budaya Indian adalah budaya mereka, budaya suku yang dengan semena-mena mereka musnahkan hanya dengan dasar untuk kelangsungan generasi Amerika berikutnya yang lebih baik. Sehingga akhirnya Amerika melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan "tanpa budaya" itu sendiri yang untuk lebih mempermudah di sebut saja budaya Amerika. Hal ini juga terjadi di Australia terhadap suku aborigin-nya. Sehingga kita bisa
berbangga hati karena kita adalah bangsa yang berbudaya, yang mempunyai identitas yang unik sehingga jika kita berdampingan dengan bangsa lain yang berbudaya kita bisa menunjukan siapa kita sebagai bangsa.

Mengenai bagaimana perasaan saya menyambut 100 tahun kebagkitan Nasional, saya akan menjawab bahwa saya belum puas. Mari kita lihat kosa kata "Kebangkitan", apa makna kebangkitan ini??? bagi saya ini adalah saat dimana kita sebagai bangsa sepakat untuk bangkit menjadi bangsa yang lebih baik dari semula. Jika target kita hanya sekedar lebih baik dari saat kita sebelum merdeka maka saya kira sudah pada akhir tujuan kita, tapi kan tidak begitu saja thooo. Lebih dari itu adalah menjadi bangsa yang lebih baik baik setelah merdeka dan selanjutnya seterusnya semakin baik dan baik lagi.

Nah kenapa Saya belum bisa bangga??? mari kita lihat beberapa masalah2 di bawah ini:
1. Masih banyak kasus-kasus korupsi yang sudah mendarah daging menggerogoti negeri ini
Baru2 ini ada jaksa yang ketahuan korupsi dengan melepaskan terdakwa koruptor trilliunan rupiah
2. Anggaran pendidikan yang masih rendah, tidak memenuhi amanat UUD 45
Bagaimana bangsa ini bisa menjadi lebih baik jika bangsa ini tidak di isi oleh orang2 yang berpendidikan dengan baik
3. Aparat yang masih memiliki pandangan sempit mengenai semangat kesatuan
Sering kita lihat dan dengarkan berita bahwa ada aparat satu di serang aparat lain dengan alasan yang tidak masuk akal atau sepele
4. Perusahaan-perusaan BUMN yang di kelola secara serampangan
Image yang melekat pada BUMN yang selalu dengan kinerja yang tidak profesional, mark up, korupsi lagi yang selalu memberikan laporan keuangan tahunan yang selalu pailit.
5. Sarana transportasi yang belum mengutamakan Rakyat
Pesawat dipaksa terbang meski alat navigasi rusak dan kasusnya tidak jelas penyelesaiannya.
Kereta api yang sering anjok, tabrakan, de el el
6. Dan masih banyak lagi termasuk orang2 yang tega menjual negara kepada asing.

Sehingga saya belum bisa untuk berbangga menyambut 100 tahun kebangkitan Nasional ini, tugas kita sebagai generasi saat ini masih sangat banyak untuk menuju titik dimana kita bisa berbangga.

Salam

Sabtu, 08 Maret 2008

Ayam Francise versus Soto Madura

Ditulis Tanggal 8 March 2008 oleh Mirza Buchori


Hari itu adalah hari sabtu, seperti biasa orang2 jakarta lainnya pada sibuk mau keluar untuk berekreasi, maka begitu pulalah kira-kira saya merencanakan aktivitas saya hari ini. Pagi-pagi sekali saya sudah mandi kemudian mendengarkan radio sambil menunggu untuk berangkat ke Plasa Semanggi. Mall lagi mall lagi, begitu gumam saya dalam hati, memang sejak saya bekerja di jakarta, saya merasa bahwa tempat hiburan di Jakarta yang paling masuk akal adalah mall-mall, sebenarnya ada sih tempat2 hiburan yang lain seperti cafe, diskotik, dan taman mini de el el, tetapi tetap bagi saya mall adalah paling ideal, yang pertama mall itu ada di tempat yang memang di rancang mudah untuk di jangkau dari berbagai panjuru, lengkap dengan berbagai barang yang bisa kita beli(one stop shopping), dan menawarkan wisata yang gratis yaitu cuci mata, he he he...


Sesampai di semanggi seperti biasa tempat yang paling prioritas untuk di kunjungi terlebih dahulu adalah foodcourt, Saya punya favorit di sana yaitu Bakso Malang yang letaknya ada di pojok, selain posisinya yang bagus karena dari sisi ini kita bisa melihat gedung2 dan jalan2 jakarta tetapi disini juga boleh merokok, maka pas lah kriterianya bagi saya. Tetapi untuk pagi ini saya kok tidak menginginkan Bakso itu dan anehnya sepertinya perut saya kok sepakat juga entah kenapa kok bisa bagitu. Sesampainya saya di foodcourt saya langsung muter-muter untuk mencari makanan yang kira-kira menarik untuk di santap, dan akhirnya saya memutuskan untuk membeli di Sebuah Francise Ayam Goreng.


Waktu itu saya membeli paket apa saya lupa tetapi yang pasti satu paha satu dada dan minuman ringan, bayar, cari tempat duduk dan makan. Sebenarnya makan Ayam Goreng Francise bukan hal baru bagi saya, tetapi entah kenapa saat itu pikiran saya kok lari ke beberapa waktu yang lalu saat saya makan soto madura bersama teman saya di surabaya, tiba tiba saya berhenti makan paha ayam yang masih saya pegang, angan saya terbang kembali ke saat makan soto. Saat itu baru mencicipi sedikit kuahnya saja sudah cukup membuat saya merasakan fantasi rasa rempah-rempah yang sangat nikmat, apalagi ketika mencoba daging yang ada dalam kuah itu, bumbu rempah2nya yang sudah meresap dan menyatu dengan daging itu seperti membuat sinergi berjuta cita rasa yang susah di ucapkan dengan kata-kata, pokoke "Mak nyus nyus nyus".


Kembali lagi saya lanjutkan makan paha ayam yang masih saya pegang, setelah saya coba selami rasa dari ayam goreng ini yang saya temukan hanyalah rasa dari daging ayam dengan aroma lemak ayam yang kuat dan juga saos tomat yang pedas itu. Ya kira kira seperti itulah rasanya, yang kalau saya pikir2 kok nggak ada enaknya sama sekali atau kalau saya bandingkan dengan soto daging tadi kok nggak ada khasnya sama sekali ya fast food ini. Di negara kita ada banyak sekali masakan dengan rasa rempah2 yang sangat beragam dan semuanya punya rasa khas yang unik, sebut saja soto Madura, soto lamongan, masakan padang, sayur lodeh dan masih buanyak lagi lainnya yang kalau dalam istilah komputer di becnhmark-kan dengan fast food itu pasti citarasa masakan kita akan jauh di atas fastfood2 itu.


Selanjutnya saya bertanya, apakah kiranya yang membuat masakan fast foot semacam ini sangat populer. Saya kemudian berkelana ke beberapa abad lampau dimana orang negara2 barat pergi ke penjuru dunia untuk memperoleh sumber rempah2 yang ada di dunia ini, yang pada akhirnya sampailah mereka ke negeri nusantara kita tercinta ini. Mereka menguras bumbu-bumbu dan juga kekayaan kita lainnya ke negara mereka. Saya yakin saat itu mereka pun ingin mempunyai sumber makanan yang bercitarasa dan bukan hanya sekedar bahan dasar semacam daging, tepung olahan yang akhirnya hanya akan menghasilkan makanan tanpa cita rasa. Tetapi alangkah anehnya sekarang ini, kita di serbu dengan makanan tanpa cita rasa yang bahkan di dunia barat sendiri di kategorikan sebagai junk food(baca " makanan sekelas sampah") sebuah makanan dengan konsep makanan cepat saji yang artinya kira-kira makanan yang begitu kita masuk pesan maka makanan itu sudah siap untuk kita santap, tetapi sekali lagi keanehan disini adalah begitu kita masuk ke restoran fast food kita malah harus masuk kedalam antrian yang panjang menunggu giliran kita untuk di layani, begitu panjangnya sehingga ketika kita sudah mendapatkannya kita sudah tidak berselera lagi untuk menyantapnya.


Coba bandingkan dengan restoran masakan padang yang begitu kita masuk dan duduk ke meja, saat itu pula bermacam-macam makanan disajikan di meja makan kita, masakan yang beraneka ragam dengan rasa yang unik alih alih hanya mempunyai pilihan berupa ayam goreng dada atau paha dengan bumbu berupa saus yang itu-itu saja, rasanya pun hanya antara pedas dan minyak goreng residu itu.

Ketika ada orang barat yang meneliti efek masakan fast food kepada tubuh seseorang dengan object percobaan dirinya sendiri banyak sekali dampak negatif yang di dapat seperti kecenderungan kegemukan, daya tahan sex yang menurun, de el el. Akhirnya sambil menghabiskan ayam saya, saya berfikir perlu untuk memikirkan kembali tentang makanan apa yang sekiranya layak untuk saya makan. Tetapi kembali lagi, ini hanyalah pemikiran dari saya mengenai makanan semacam ini, apakah rekan2 akan makan ini atau pun itu terserah kepada masing-masing orang, karena memang untuk makan kita tidak perlu memikirkan bagaimana sejarah makanan ini, itu, de el el. makan ya makan saja tul nggak??? betul nggak yaaa??? Lhooo kok...


Salam

Kamis, 06 Maret 2008

Suap

Ditulis Tanggal 6 Maret 2008 oleh Mirza Buchori

Pagi ini saya ada meeting di Lt 18 dengan rekan2 lain di perusahaan untuk membahas kelanjutan status proyek yang akan di mulaikira-kira di akhir tahun 2009, yah masih agak lama sih tetapi mengingat proyek besar memang butuh banyak persiapan penuh dan yang pasti kami akan over load sampai hari "H". Sambil menunggu rekan2 lain ngumpul saya ke ruangan sekertaris boss, Sambil baca koran pagi cuci mata juga dong kan sekertaris boss ku cantik he he(setidaknya tipe saya lah).

Berita Utamanya sangat panas, mengenai jaksa yang menerima suap dari terdakwa kasus BLBI. Wah seru ini pasti, gumam saya dalam hati ini, Baca dan baca ternyata intinya salah seorang menteri di negara ini menghimbau supaya public tidak selalu berfikir untuk "melecehkan" pegawai pemerintahan dengan memberikan "Suap" supaya semua hal bisa di selesaikan dengan aparat atau pegawai pemerintah sebagai penerima suap dan public sebagai pemberi suap sehingga hasil akhir adalah keduanya senang tetapi negara menderita (setidaknya begitulah mungkin menurut si menteri ini).

Sangat menggelitik bagi saya pernyataan menteri ini, belum apa-apa sudah mengalihkan opini ke hal yang baru...yaitu memelintir permasalahan sehingga kurang jelas siapa yang jadi korban, siapa yang salah dan kesannya ada upaya melindungi secara membabi-buta terhadap yang di sebut pegawai pemerintah, seolah-olah mereka itu para patriot yang akan membela bangsa sampai tetes darah terakhir, sementara kita public adalah orang2 yang tidak mau perduli mau jadi apa negara ini yang penting kalo ada apa-apa dengan orang pemerintah langsung saja "Suap". Mungkin agak extrim saya menarik benang merah dari pernyataan menteri ini, tetapi menurut saya sih sangat masuk akal.

Kenapa tidak di selesaikan dulu masalah ini melalui pengadilan yang seharusnya "tempat paling jujur dan adil" --> seharusnya he he, baru nanti di komentari apa kek. Saya jadi berfikir lebih jauh lagi:
1. Apakah ada orang2 yang sekarang ini yang "di lindungi" agar tidak terseret ke dalam kasus ini???
2. Apakah "hanya" sampai disitu pemikiran oleh seseorang dengan jabatan mulia sekelas Menteri di negeri ini???

Di koran yang lain malah lebih lucu lagi, mereka membahas mengenai gaji yang katanya "hanya" 3.5 juta(katanya sih kurang), menurut mereka: jaksa itu adalah orang yang bekerja dengan tanggung jawab besar sehingga seharusnya di gaji besar(saat sampai pada kalimat ini saya tidak tahan untuk tertawa, jadi ingat saat2 baru lulus pilih2 pekerjaan hanya pada yang bergaji besar, tetapi setidaknya bagus juga pilih2 pekerjaan biar tidak ada alasan kurang nantinya, iya thooo). Jadi ceritanya disini ada yang berusaha memelintir masalah ini ke arah yang lain lagi yaitu kenaikan gaji. Mungkin mereka bergumam "Wah pren kita punya kesempatan untuk naik gaji dan tunjangan2 lainnya lebih daridua kali setahun nih, kapan lagi nih ada kesempatan gini, "durian runtuh choi" tul nggak pren???".

Kalau jaksa, hanya dengan mengatas namakan tanggung jawab besar lanjut berhak mengajukan kenaikan gaji yang besar yang nantinya pasti akan meningkatkan pengeluaran negara. Saya berfikir bagaimana dengan gaji pak presiden kita yang semuanya bermuara ke dia, meski ada menteri2 yang menbantunya, bagaimana para jenderal2 yang mungkin sedang memimpin perang intelijen dengan negara tetangga atau negara adikuasa untuk mempertahankan kedaulatan bangsa ini??? mau di buat berapa ya slip gaji mereka ini.

Kalau tahu tanggung jawab besar dan gaji kecil kok masih mau bertahan di sana sih pak???
Apa karena di tempat lain yang di minati dan bergaji besar sudah nggak ada yang menerima ??? he he he no offense please

Itulah perlunya kita memiliki ikatan batin yang erat dengan pekerjaan kita, sehingga tanpa kita melakukan pekerjaan itu kita akan kehilangan sesuatu atau ketika kita bekerja kita akan tenggelam dalam dunia kita sendiri dengan pekerjaan kita. Lihat itu orang-orang yang mungkin aneh bagi kita : Ilmuan, peneliti, Dosen dan orang2 lain yang memberikan totalitas dalam pekerjaannya. Mereka akan melakukan apa saja untuk pekerjaan itu, mengapa??? karena menurut saya pemahaman yang dalam terhadap "apa itu pekerjaan?" adalah bahwa pekerjaan itu merupakan puncak dari "Aktualisasi diri" kita sebenar-benarnya (apakah pekerjaan sebagai karyawan, seniman atau aktivitas independen kita), Apapun yang kita pelajari, dimanapun kita belajar puncaknya adalah "Aktualisasi diri" sehingga pekerjaan kita akan serasa hiburan atau sesuatu yang selalu memberi semangat bagi kita, kita tidak akan menodai siapa kita hanya dengan keteledoran kita, kecerobohan kita, apalagi hanya lembaran2 uang Suap itu.

Pekerjaan itu adalah
1. Aktualisasi diri kita
2. Darma kita(hal yang memang kita di ciptakan oleh Allah untuk mengisi sebagian kecil dunia ini dengan hal "itu")
3. Ibadah

Salam

Selasa, 04 Maret 2008

Pak Presiden berangkat ngantor

Ditulis Tanggal 23 January 2008 oleh Mirza Buchori

Pagi itu saya berangkat ke Blok M untuk memperbaiki Stick Billiard saya. Saya membelinya sekitar 4 bulan yang lalu, senang sekali rasanya mempunyai barang yang saya sudah lama sekali idam2kan untuk memilikinya, tetapi ada masalah yang saya rasakan ketika menggunakan stick ini untuk bermain billiard. Masalahnya adalah ketika saya memukul bola rasanya saat ujung stick menghantam bola sepertinya bergetar, membuat target yang sudah di bidik dengan bersusah payah sampai keluar keringat sebesar jagung dan mata saya jadi berkunang kunang jadi meleset.

Rencananya Saya berangkat ke bendungan hilir naik metromini, tetapi setiba di depan hero kok tiba2 ada yang protes, Ohhhh rupanya perut saya sudah lapar dan dia cukup pintar untuk membuat saya merasa lapar tepat di depan Hero, Ok mampir dulu ahhh...Makan SotoMuantab baget rasanya. Setelah selesai makan saya ke halte metro mini dan naik 640 ke arah bendungan hilir, setiba di bendungan hilir saya langsung manuju ke halte Busway.

Sambil jalan ke conter ticket busway saya melihat-lihat sekeliling yang sepertinya kok sepi, Oh saya pikir ini karena saat ini jam 10-an hari kerja sehingga lalu lintas tidak begitu padat. Tetapi tetap saja bagi saya ini terlalu sepi, tiba2 saya mendengarsuara kendaraan mendengung dari arah Blok M dan setelah saya lihat ternyata ada iring2ngan mobil. Wah pejabat nih pikir saya, kemudian saya penasaran juga siapa sih pejabat ini??? saya berhenti sejenak untuk melihat plat mobil yang di kawal oleh babak2 aparat ini.

Setelah di tunggu, akhirnya saya lihat plat nomor mobil itu adalah RI 1. Wow, pak Presiden tho ternyata. Senang juga rasanya bisa berada pada jarak "relatif" yang begitu dekatPak Presiden meski hanya sekelebat saja...ha ha ha....terus saya amati ternyata banyak juga mobil pengamanan yang mengikuti di belakangnya. Pikir saya " wah hebat sekali ya jadi Presiden, kemana-mana di kawal buanyak sekali pengawal kepresidenan dan yang paling penting adalah tidak mengenal macet. Rupanya ini membawa berkah bagi mobil2 yang berada di belakangnya, mungkin pengemudi di belakang iring2ngan Pak Presiden bisa bercanda dengan sombong bahwa"lihat itu Pak Presiden saja menjadi pembuka jalan bagi mobil saya, sakti juga saya...ha ha ha"

Tetapi belum juga iring2ngan mobil pengawal kepresidenan menghilang dari pandangan saya, tiba2 ada pemikiran lain yang tiba2 nyembul mengenai moment barusan. Sangat mungkin sekali perut saya protes dan berkomplot dengan otak saya untuk mengatakan " Kalo kamu presiden dan kemana-mana di kawal (baca : di kekang), maka ketika aku("perut mu") lapar dan telah berada didepan tempat makan misal di depan Hero seperti tadi kamu tidak akan bisa dengan mudah berhenti dan makan, atau jika di mobil kepresidenan tadi kamu melihat warung bakso yang sepertinya uweeeeenak tenan kamu hanya bisa menelan ludah tho nggak bisa berhenti dan makan bakso sambil cangkrukan dan ngrokok di pinggir jalan".

Sambil cengar-cengir saya berfikir, betul juga yaaa. Kadang-kadang ada banyak keinginan atau kebutuhan yang sederhana itu justru rasanya tidak bisa di tunda karena bukan masalah kita tidak bisa membelinya atau apa, tetapi jika kita memenuhinya di lain waktu maka kita sudah kehilangan moment yang membuat meskipun kita sudah mendapatkannya kok sepertinya sudah kurang berharga lagi. Setelah di pikir-pikir saya bersyukur karena saya ternyata bisa memenuhi keinginan-keinginan saya seperti saat lapar tadi dan hal2 lain misal jika ada cewek cantik lewat, saya kan bisa berhenti sambil mencuri pandang sedikit tho, lha kalau Pak Presiden apa ya bisa ??? he he he..........

Pak Presiden seperti halnya kita adalah rakyat Indonesia yang hidup di negara yang bebas merdeka ini. Malah tugas Pak Presiden adalah juga untuk menjamin supaya kita warga negara bisa berkecukupan Sandang Pangan Papan dan hidup bebas di negara ini ternyata tidak memiliki kebebasan meski hanya untuk minum kopi di warkop, sekedar jalan2 di mall atau hal lain yang bagi kita rakyat adalah hal yang sangat sederhana dan mendasar. Sehingga dengan bermacam protokoler kepresidenan yang membuat PakPresiden malah tidak bisa seperti kita maka seharusnya rekan2 yang berniat menjadi Presiden RI harus merupakan orang2 yang membuat dirinya menjadi presiden adalah untuk melakukan sesuatu bagi negara,bukan menjadi Presiden untuk menjadi sesuatu. Ingat negara adalah untuk rakyat jangan dibalik Rakyat untuk negara.

Salam.

Ojek di Halte Bus Way

Ditulis Tanggal 26 January 2008 oleh Mirza Buchori


Hari ini adalah hari-hari terakhir dari cuti yang saya ambil untuk jatah cuti tahun 2007 yang pada tahun ini belum sempat saya ambil, sehingga saya ambil di awal-awal tahun 2008. Sebelum masuk kantor lagi saya sempatkan untuk mencari buku bacaan di gramedia Matraman, biasanya memang saya mengisi waktu sehabis pulang kantor adalah dengan membaca buku, main game atau berlatih Billiard di hanggar.


Pagi itu saya berangkat sekitar jam 10:00 dari kost, berjalan menuju ke seberang hero ke halte bus, seperti sebelum naik bus way ke gramedia saya naik metromini ke halte busway di bendungan hilir. Seperti biasanya sesampai di benhil(singkatan dari bendugan hilir), saya berjalan menuju ke penjualan ticket bus way. Sebenarnya sudah cukup sering saya naik busway dari benhil, tetapi baru siang itu saya merasa ada yang aneh dengan area bawah jembatan penyebrangan menuju ke conter ticket. Saya merasa bahwa ada buuanyak sekali tukang ojek yang mangkal di area ini, sepertinya begitu cepatnya perkembangan jumlah ini sehingga membuat saya cukup kaget melihat keadaan ini siang hari ini.


Dengan tanpa bermaksud sombong atau meremehkan profesi tukang ojek, saya merasa hal ini tidak tepat. Kerumunan tukang ojek ini menurut saya membuat suasana menjadi padat dan tidak nyaman. Sepeda-sepeda motor yang di parkir di sepanjang area bawah jembatan menuju conter bus way itu merampas hak pejalan kaki sebagai pengguna trotoar, hal ini diperarah dengan adanya pedagang makanan kecil di sekitar para tukang ojek itu, hal ini terjadi belum lagi program bus way ini berhasil mengurangi kemacetan dengan menarik masyarakat yang biasa menggunakan mobil pribadi untuk keperluan keluar rumah, sehingga melihat perkembangan kondisi sekitar counter bis way ini menurut saya kita masih jauh pada bebas dari kemacetan. kemunculan mereka di area fasilitas umum itu membuat fasilitas umum menjadi kumuh, tidak nyaman, tidak sedap di pandang mata.

Mereka disana tentu tidak hanya sekedar memarkir sepeda motor kemudian duduk manis sambil menunggu datangnya pengguna jasa mereka tetapi juga menghabiskan sebagian "Hidup" mereka disana tahu kan maksud saya, jika hal ini tidak segera di ambil tindakan penertiban atau menunggu jika kondisi sudah parah maka bisa jadi masyarakat pengguna busway akan menggunakan alternatif lain, bisa kembali ke angkutan jalanan atau mobil pribadi. Bisa-bisa seperti kasus para PKL yang akhirnya salah kaprah "mau di gusur kok mereka sudah lama cari duit di sana mau nggak di gusur kok bagaimana???".


Bayangkan saja jika infestasi untuk fasilitas umum yang begitu besar terbuang sia-sia hanya karena pemerintah kita tidak bisa merawatnya untuk masyarakat, maka berarti anggaran belanja pemerintah akan berkurang untuk hal-hal yang gagal. jika hal ini terjadi terus-menerus pada proyek2 fasilitas umum lainnya maka, bisa2 negara kita bisa bangkrut. Memang sepertinya hal ini sangat hyperbolic walau pun menurut saya ini sangat mungkin, lihat saja jumlah hutang pemerintah kita ke investor luar negeri, meski saya tidak tahu jumlahnya setahu saya tiap warga negara sudah menanggung beberapa juta rupiah hutang negara termasuk bayi yang baru lahir.


Memang kita sudah sering di hadapkan pada kondisi dimana fasilitas2 umum itu sudah tidak layak lagi tetapi mengingat tidak ada atau alternatif lainnya jauh lebih mahal sehingga kita tinggal menerima saja kondisi2 itu, misalkan saja metromini di jakarta. Menurut saya kok sudah tidak layak jalan di ibu kota negara kita tercinta Jakarta, tetapi karena tidak ada alternatif maka kita tetap menggunakannya. Kadang saya tertawa juga sendiri, setelah kita lebih dari setengah abad merdeka mengapa masih banyak pemimpin negara kita yang hanya bisa berfikir begitu-begitu saja, yang menurut saya banyak sekali masyarakat kita ini yang bisa berfikir jauh lebih baik mengenai solusi dari berbagai macam masalah.


Mana manfaat yang di peroleh oleh para pejabat dari studi banding ke luar negeri??? Apakah begitu sulitnya menerapkan apa yang sudah berhasil di terapkan oleh bangsa lain untuk di terapkan di negara kita???Apakah hanya karena sulit kemudian kita tidak berusaha untuk lebih baik lagi??? Mungkin pertanyaan terakhirnya adalah jika memang sulit sekali memimpin negara ini, kenapa pencalonan menjadi pejabat masih sangat semarak, lihat itu pilkada yang sekarang ini masih hangatnya???


Salam.